hujan seperti tak punya pendirian. tiba-tiba datang, tiba-tiba pergi. begitu sepanjang jalan. tapi setidaknya, kehadiran dewi hujan cukup meneguhkan. dan langit seusai menangis, sajikan sapuan warna lembut seperti krim susu. putih kelabu berpadu dengan sedikit torehan biru. my cream-colored clouds. sebuah isyarat. a blessing to take this journey.
setengah perjalanan, perut mulai melilit-lilit. benak mulai bertanya ragu. should i really be doing this? jalan aspal yang menanjak dikelilingi bukit itu tak lagi terasa mulus. padahal tak ada lubang, tak ada gelombang, tak ada rintangan. tak terasa, kaki tak lagi dengan semangat menekan pedal gas. “lha? kok jadi pelan sih?” protes teman yang terburu-buru ingin segera sampai untuk merayakan ulang tahun perkawinannya dengan sang istri. perjalanan ini, dia pikir untuk dia. padahal, permintaan untuk mengantarnya ke kota ini justru menjadi berkah, untuk sebuah keputusan. sebuah langkah. sebuah tekad. benar atau salah, hati ini, tidak lagi sudi mengalah.
mengambil jalur paling kiri untuk kendaraan yang lebih lambat, hati pun dalam sunyi membatin sebuah doa. give me a sign, please…
dan…
mendadak.. entah dari mana, dua burung putih melintas bagai sepasang kekasih di angkasa. kepakan sayapnya mengingatkan lukisan anak sd pada setiap pelajaran menggambar, yakni seperti huruf "m". sepasang merpati? bisa jadi. tapi mungkin juga tidak. yang jelas, mereka berwarna putih bersih, kontras berlatar langit biru susu itu. yang jelas, mereka mewujudkan isyarat. i'm alright. i'm supposed to do this. thank you for the sign… kaki kembali tancap gas.
********
gerbang tol tidak berapa jauh lagi. kenapa macet ya? jangan-jangan, this is a bad sign? sekitar 30 menit kemudian, antrian mobil sebelah kanan mulai mepet-mepet ke kiri, berusaha mencari celah di antara ratusan mobil lainnya. bottleneck. ada apa di sebelah kanan jalan? tak lama, 2 mobil penyok terlihat teronggok di bahu jalan. 6 mobil lainnya juga ringsek di kanan jalan. pantas. tabrakan beruntun.
hati kembali berterima kasih. this isn’t a bad sign. despite the horrendous accident, it’s actually a good sign for me. kalau saja tadi benak tidak bertanya-tanya, atau diri tidak menunggu jawaban, maka sepasang merpati (anggap saja mereka merpati) hanya akan terbang sia-sia tanpa sempat terlihat. karena mobil masih akan terus melaju kencang. dan mungkin mobil inipun jadi korban tabrakan. a few minutes delay may have saved my plan today. thanks!
********
“hey! kamu udah sembuh?” suara itu terdengar ceria tanpa beban. phew, syukurlah. dia sedang siap-siap mau makan malam.
good timing. can i join you? i have a bottle of merlot too!
“boleh dong! i’ll cook some more pasta. not much left, but i think it’s enough for you.”
ya ampun, belum jugakah kamu sadar, makan upil pun cukup selama ada kamu.
********
dan malam merayap dalam rangkaian tutur dan kisah yang rebutan minta didengarkan. sudah begitu lama, kita tidak saling cerita. i just realized, i hate not knowing anything that’s going on in your life. kadang rasa ingin tahu itu menggores luka, tapi tetap saja, lebih baik tahu.
bulan nyaris purnama. sebenarnya, purnama baru sempurna esok malam. tapi biasanya, malam purnama selalu hujan. dan bulan terselip di antara kelamnya awan. itu sebabnya, perjalanan harus dilakukan hari ini, satu hari sebelum purnama, saat bulan menghias langit dengan cahaya putihnya yang mirip lampu sorot. bulan, perjalanan, kita. tiga kata yang terinspirasi buku Perahu Kertas karangan Dewi Lestari, terbisik begitu saja dari bibir. atau, karena kini kita sedang duduk di teras sepi, mungkin yang lebih tepat adalah: bulan, sudut sunyi, kita.
Ya Tuhan, betapa aku mencintainya. please bless us. jiwa dan raga.dan malam makin merayap. purnama jadi saksi, bersama gemerisik semak di muka jendela dan nyanyian jangkrik sesekali. angin bebas keluar masuk lewat berbagai celah yang jarang terkunci. aroma rumput basah turut melengkapi. tapi kita tidak dingin. hangat kamu, hangat aku. kita. satu. seperti seharusnya. karena kamu belahan jiwaku. tidak peduli apa kata dunia. karena hati tak pernah salah. hati telah dipilih. dan hati ini tak lagi sudi mengalah. hanya kamu. hanya aku. hanya kita.
the moon, empty house, cloudy sky, hills, and us. hanya napas kita yang menyatu dalam embun. hari menjelang pagi. genap pulalah isyarat itu. thank you.
********
“dia seneng banget kalo ada si eneng di sini,” si bibi yang biasa datang setengah hari untuk membersihkan rumah mulai rumpi. pekerjaannya pasti sudah selesai, dan sekarang mulai kurang kerjaan.
ah, masa sih bi?
sambil bersandar di hammock (bi, itu hammock buat ditidurin, bukan disenderin!), si bibi pun melanjutkan, “eh, kok si eneng gak percaya. beneran ini! dia selalu bilang, seneng banget kalo ada eneng, karena selalu seru dan bisa ngobrol macem-macem.”
si bibi masih nyerocos, “… gak seperti kalo ada si *BEEP!!!* gak nyambung kalo ama dia mah.”
halah.
aku berharap saat itu juga telinga bisa dibuat tuli. lebih baik tuli daripada sakit hati. tapi terlambat, nama itu sudah terburu disebut. herannya, aku tak juga terbiasa dengan rasa perih yang disebabkannya. dan aku diam. menggigit bibir, menahan air mata. it doesn’t matter. aku berusaha kompromi dengan hati sendiri. he’s being so sweet this weekend. it doesn’t matter.
but it matters. this, in fact, is only a stolen moment. a stolen weekend. but i believe it is a blessed weekend. semua isyarat berkata begitu. hatiku berkata begitu. rumpi siang inipun harusnya jadi isyarat. bahwa hatinya pun telah terpilih. olehku. tapi kenapa rasanya sakit sekali? i really hate that name.
kutatap jendela ruangan kantornya yang berada di samping halaman. dia masih sibuk di depan komputer. dari sofa ini aku hanya bisa melihat kepalanya. sambil menghela napas, kupaksa mataku kembali pada buku The Lost Symbol karya Dan Brown, melanjutkan kisah misteri yang sesungguhnya sangat seru. pembatas buku terselip pada halaman 79. kembali menghela napas, aku mulai membaca halaman itu. dan sebuah isyarat lagi langsung tersaji.
halaman 79. wide acceptance of an idea is not proof of its validity.
ok. jadi aku harus bersabar. the idea of us being together, is not widely accepted yet. but it doesn’t mean it’s not valid. and vice versa (the idea of them being together is widely accepted, but it doesn’t mean it’s valid). fine. jadi aku (masih tetap) harus bersabar. baiklah.
********
a stolen weekend. beautiful and tender. but i know you are scared. so am i. this isn’t something that i do just for the fun of it. i do it because i love you, and because it feels so right. it may not seem right, but it does feel so right. you. me. soul mates.
a stolen weekend. affectionate and sweet. but i know that fear. it’s the fear that has kept us apart. i still have lots of questions too. why does something stolen feel so right? and why does something that feels so right make me bleed to death inside? so i share your fear. it’s my fear too. and i’m constantly trying to find the reason too, to make sense out of this too…
“if only i have a clear reason… i just need one clear reason…” kamu mengeluh sedih.
Ya Tuhan, tidakkah Kau mendengar? keluhan spontan itu adalah doa yang terlontar begitu saja dari mulutnya. tolong dengarkan. dengarkan dia dan kabulkan doanya. he needs a clear reason! please give him one… please… and please hurry…
if only i could crystallize that moment, that weekend, and stay frozen in it forever with you, i would. i would crystallize everything. the night of the full moon. our morning cups of coffee. the white smokes from our cigarettes. the beautiful view. our vespa ride to go to dinner. the tenderness. every word. every hug. every kiss. everything.
then we would stay in this inspirational little corner, with me in your wings, forever. what we’ve done this weekend, i don’t know whether it’s wrong or right. but for me, i am simply trying to connect the link, solely on the power of intention. i am trying to achieve the unachievable and to avoid the unavoidable, solely on the power of focused thoughts. because, believe it or not, a human thought can literally transform the physical world. so i no longer allow myself to fall in the hand of destiny. i am creating my destiny and becoming the master of my universe. and you, as you know, are the sun in my universe. my light, my warmth, my source of life.
********
the weekend is over. when i woke up this morning, nothing was lost. but nothing was mine. well, i guess i have to accept the cards that life gave me. but i get to decide how to play. and this is how i’m playing it. hati ini tak lagi sudi untuk mengalah.
aku, masih akan selalu mempertajam semua indera, untuk menangkap tepukan halus isyarat itu di bahu, lewat semua elemen alam di jagad raya ini. tanpa berhenti berusaha. tanpa berhenti berdoa. tanpa berhenti berharap. tanpa berhenti bermimpi. karena kamu, adalah matahariku.
and because life is short, there is no time to leave important words unsaid. i love you. even though i bleed, i love you. even when i’m angry, i love you. even when the whole world is turning against me, i love you. and i love you not because you’re nice or whatever, i love you because you rock my world.
and we should be together. the signs are everywhere. aku cuma berharap, kamu pun akan mendapat isyarat. segera. secepatnya. waktu kita. “segala sesuatu indah pada waktunya.” well, semoga waktunya adalah waktu kita. our time please. the one clear reason that you are praying for, may you receive it within our time. amen.