Sejak September 2008 lalu, untuk kesekian kalinya, layanan GPRS Telkomsel untuk BlackBerry saya mati lagi. Sejak bulan tersebut pula, hal ini berulang 2 sampai 3 kali PER BULAN. Dan apa yang terjadi jika saya menelepon Customer Service Telkomsel? Si Customer Service Officer akan menanyakan nomor telepon saya, lalu kemudian memastikan nama saya dan bahwa dia memang berbicara dengan si pemilik nama tersebut. Setelah itu, dengan standar kesopanan yang berlebihan dan cenderung sangat mengganggu serta memancing emosi, sang Officer ini akan menyebut nama saya dalam setiap kalimatnya.
“Baik, ibu Meirini. Jadi layanan GPRS ibu Meirini mati sejak satu jam yang lalu. Betul begitu, ibu Meirini? Baik kalau begitu, ibu Meirini. Mohon ditunggu sebentar ibu Meirini. Kami akan melakukan pengecekan data terlebih dahulu, ibu Meirini.”
Dan saya pun harus menunggu… lammmaaaaaa sekali… entah data apa dan yang mana yang dicek…
“Terima kasih banyak telah menunggu, ibu Meirini. Apakah ibu Meirini sudah mencoba mematikan telepon, mencopot baterai dan kartunya, ibu Meirini? Apakah ibu Meirini sudah mencoba memindahkan network-nya dari automatic ke manual, ibu Meirini?”
Sudah! Sudah dan sudah! Sudah berkali-kali, sampai bosan!
“Maaf ibu Meirini, ibu Meirini sekarang sedang berada di lokasi mana? Apakah ibu Meirini sudah mencoba pindah lokasi, ibu Meirini?”
APA???
Pertama, pindah lokasi BUKAN solusi! Kalau saya sedang di kantor, mana mungkin saya ijin ke luar kantor untuk mengecek dan menyalakan fasilitas GPRS saya? Dan lagi pula, hal ini sudah terjadi berkali-kali di tempat yang berbeda-beda. Di rumah sudah beberapa kali. Di tempat-tempat lain juga sudah pernah terjadi. Justru di kantor, baru sekali ini!
Kedua, hal ini pernah terjadi saat saya berada di jalan, dan layanan GPRS tersebut tetap mati mulai dari bundaran Pondok Indah di selatan Jakarta sampai Bandara Soekarno-Hatta di utara. Nah, berarti jelas bahwa “pindah lokasi” tidak menyajikan penyelesaian masalah sedikit pun!
Dia pikir saya bodoh apa?
“Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, ibu Meirini. Tapi memang begitu prosedurnya, ibu Meirini. Karena layanan ibu Meirini ‘baru’ mati 1 jam yang lalu, ibu Meirini harus mencoba terlebih dahulu untuk berpindah lokasi. Kalau dalam 1 X 24 jam layanan GPRS ibu Meirini belum menyala, maka ibu Meirini bisa menghubungi kami kembali, ibu Meirini.”
‘BARU’ mati 1 jam? Menunggu 1 x 24 jam? Solusi macam apa itu? Lalu kalau pun setelah 1 x 24 jam layanan GPRS aktif kembali, kompensasi apa yang saya dapatkan atas kehilangan layanan tersebut selama 1 hari penuh? Diskon pada tagihan berikutnya mungkin? Hadiah payung cantik beserta surat resmi permohonan maaf dari Direksi Telkomsel mungkin? TIDAK. Tidak pernah ada kompensasi apa-apa. Kalau pun layanan tersebut aktif kembali, ya sudah, Telkomsel pasti bilang begini, “Tuh kan, nyala lagi…”
Dan kemudian, apa yang terjadi kalau dalam 1 x 24 jam layanan GPRS tetap tidak aktif? Saya pun akan menghubungi Customer Service kembali dan mereka akan membuat laporan resmi. Lalu apa yang akan mereka lakukan terhadap laporan tersebut?
Entahlah. Hanya mereka dan TUHAN yang tahu.
Karena selama ini, tidak pernah ada tindak-lanjut apa pun dari Telkomsel atas laporan-laporan yang telah mereka buat berdasarkan sekian banyak keluhan yang saya sampaikan atas layanan GPRS mereka. Tidak pernah ada telepon dari mereka untuk menanyakan apakah layanan GPRS saya masih bermasalah atau tidak. Tidak pernah ada solusi konkrit atas masalah ini. Tidak pernah ada tawaran kompensasi atas ketidaknyamanan yang saya alami selama ini atas layanan GPRS Telkomsel. Tidak pernah ada tindak-lanjut sama sekali.
Benar-benar keterlaluan!
Hal ini membuat saya bertanya-tanya. Apakah sebenarnya Telkomsel maupun provider-provider yang lain SUDAH SIAP untuk melayani pelanggan GPRS BlackBerry yang tiba-tiba membludak berkat harga BlackBerry yang makin terjangkau dan penawaran paket GPRS murah menggiurkan dari masing-masing provider? Teman-teman saya yang memakai layanan GPRS dari provider yang lain pun ternyata juga mengalami hal yang sama, meskipun tidak sesering Telkomsel. Sementara staf sales dan marketing masing-masing provider berlomba-lomba mendapatkan pelanggan GPRS baru, apakah infrastruktur, kapasitas teknis maupun sumber daya lainnya SUDAH SIAP untuk menampungnya dan melayaninya?
Entahlah. Hanya mereka dan TUHAN yang tahu.
Sebagai pelanggan yang selalu membayar tagihan tepat waktu, saya hanya bisa menelepon berkali-kali dan memaki sampai puas. Puas bukan karena layanan GPRS saya sudah menyala kembali, tapi puas karena saya sudah menumpahkan frustasi kepada mereka dan membuat mereka (mudah-mudahan) turut frustasi juga! Bukan solusi memang. Tapi ya sudahlah… Toh begitu pula sikap mereka dalam melayani dan menjawab keluhan, sikap yang tanpa kata dan suara menyatakan, “ya sudahlah”.
Sebagai penulis, saya hanya bisa menggoreskan semua kekecewaan dan kekesalan saya lewat tulisan ini, berharap agar tulisan saya mendorong adanya perbaikan yang nyata sehingga TUJUAN UTAMA dari para pengguna BlackBerry bisa tercapai, yakni SELALU ONLINE! Kalau tidak bisa selalu online, untuk apa punya BlackBerry? Kalau harus menunggu 1 x 24 jam, jelas lebih baik menggunakan layanan internet biasa yang tersedia di kantor, di rumah, maupun di banyak tempat lainnya yang kini sudah menyediakan jasa internet berbasis teknologi tinggi.
Semua hanya harapan. Saya rasa mereka cuma tertawa sinis membaca ini semua. Seperti perusahaan-perusahaan jasa lainnya di negara ini, mulai dari yang milik Pemerintah, BUMN, hingga swasta, biasanya tidak pernah ada kelanjutan apa pun dari keluhan-keluhan para pemakai jasa. Take it or leave it, bitch!
Karena itu, sebagai manusia, saya sekarang hanya bisa… MUNTAH. Hueeekkkk!!!